Blogroll

Laman

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

INNALILAHI KAJUR

Berlatar belakang maraknya kasus korupsi di negeri ini, dan semakin sulitnya mencari orang jujur, maka pihak penegak hukum bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggagas sebuah ide yang dinamakan kantin kejujuran khususnya ditujukan kepada anak sekolah.

Melalui kantin ini mereka berharap akan muncul dan tumbuh sifat jujur pada siswa siswi di sekolah. Ending-nya diharapkan terbentuknya generasi yang taat hukum dan mempunyai karakter serta moralitas tinggi terhadap bangsa. Namun seiring waktu berjalan, program ini tampaknya mengalami hambatan,kantin kejujuran seakan ‘mati suri’.

Memang tidak mudah menerapkan sikap kejujuran pada anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Menengah Atas (SMA) sebagaimana sasaran awal kantin kejujuran ini, sebab pada usia tersebut, mereka sudah terbiasa membawa sifat dan watak dari  ketika masih belum bersekolah hingga duduk di bangu sekolah TK/SD.

Jadi sifat dan karakter yang mereka miliki, sudah terbentuk dan terprogram, sementara ketika berhadapan dengan sebuah kantin kejujuran maka sifat aslipun muncul. Karena model dan sistem kantin kejujuran adalah kantin tanpa penjaga. Setiap siswa yang ingin membeli suatu produ , mereka bisa mengambil barang yang ada secara langsung dan bisa membayar di tempat yang telah disediakan. Apabila memerlukan kembalian, mereka dipersilahkan mencari sendiri di kotak uang yang ada.

Dalam hal ini, jika sifat dan karakter mereka sebelumnya tidak jujur, curang atau suka berbohong, maka dengan kantin kejujuran mereka bisa bebas mengambil barang yang dijual, tanpa mau membayar,atau bisa juga membayar tapi tidak sesuai sebagaimana harga yang tertera, karena mereka berdalih kantin ini toh tidak ada penjaganya juga.

Berdasarkan asumsi di atas, tentu ada baiknya memupuk sifat jujur kepada anak harus dimulai sejak mereka mulai berinteraksi dengan orangtua, saudara maupun lingkungan. Karena bisa jadi sikap kita sebagai orangtua, saudara justru tanpa sadar telah mengajarkan anak berlaku tidak jujur, berbohong dan sikap tidak terpuji lainnya.

Akibatnya, si anak yang sudah terbiasa bersikap demikian,akan terbawa perilakunya hingga ke bangku sekolah. Karena itu adalah wajar, jika kantin kejujuran yang banyak melibatkan anak SMP dan SMA/SMK sebagai pengelola maupun konsumennya, efektifitasnya belum memuaskan dan belum bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan.

Logikanya, dengan sesuatu hal kecil itu saja mereka tidak bisa jujur, apalagi jika itu berupa barang mahal, uang yang banyak, tentu kejujuran mereka semakin sulit dipertaruhkan ketika berhadapan dengan hal demikian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar